Sejarah
Menes Pandeglang banten
Menes berasal dari
kata KAMONESAN, kata dasar mones, yang memiliki makna, kepandaian,
kecerdikan, keanehan, kemulyaan dan kemasuran.
Menes mempunyai
banyak sejarah, hal ini dapat dilihat dari banyak peninggalan-peninggalan yang
terdapat di Menes dari Zaman Megalitikum, Zaman Purba, Zaman Hindu- Budha,
Zaman Kesultanan Islam hingga Zaman Penjajahan.
Zaman
Megalitikum, Purba, Hindu-Budha
Di Menes terdapat
situs peninggalan zaman Megalitikum yang disebut situs saghiank dengdek di
lereng gunung pulosari, yang diprediksi berumur 4500 SM (sebelum masehi),
Prasasti Batu Go'ong Citaman peninggalan kerajaan Hindu-Budha, yang sampai
sekarang belum ada yang dapat memperkirakan usia batu tersebut. Prasasti Batu
Tulis Muruy, masyarakat mempercayai bahwa batu tersebut bertuliskan arab pada
zaman keislaman, situs Alaswangi dan situs talaga yang berada di tegal baros
merupakan benda sejarah megalitikum. Susunan batu datar berbentuk memanjang
dengan sebuah singgasana batu. Sandaran singgasana batu berbentuk segilima,
saat ini dalam keadaan miring. Penduduk setempat menyebut altar itu leluhur
Menes.
Zaman
Kesultanan
Sedangkan pada zaman
kesultanan banyak terdapat masjid-masjid yang dibuat pada zaman itu sekitar
abad 14 Masehi, yang usianya ratusan tahun. Selain itu di Menes banyak pondok
pesantren salafiah yang masih mengakar, hingga tahun 1990-an hampir di tiap
kampung diberbagai desa terdapat pondok pesantren salafiah yang usianya telah
turun temurun, namun kini pesantren itu telah banyak ditinggalkan, dan ada pula
yang beralih fungsi. Selain itu terdapat pula batu nisan yang usianya ratusan
tahun. Diantaranya makam:
- Syech Holil
- Syech Kibuyut Tanding di Kadu Semar Desa Sukamanah
- Syech Abdul Ghani Bima Menes
- Tumenggung Muhammad Menes
- Nyi Parung Kujang di Cisaat Desa Alaswangi
- Ki Kabayan di Citangkil Desa Cigandeng
Zaman
Kolonial
Bentuk peninggalan
zaman Belanda adalah berupa Kewadanan yang berdiri di pusat kecamatan yang
sekarang dijadikan sebagai kantor kecamatan. Dibangun pada Abad ke 18, tahun
1848an setelah gunung Krakatau Meletus.
- Gedung Panjang sebagai markas para prajurit kolonial,
- Gedung Pendopo Kecamatan Menes yang dibangun tahun 1848
- Alun-alun Menes berada dititik pusat kota,
- Eks Gedung Sipir Belanda
- Eks Rumah Dinas Komisaris Kepolisian Kolonial,
- Stasiun kereta api di Kampung Benteng, dan rel yang panjang. Rumah-rumah peninggalan zaman belanda yang masih ada disekitarnya,
- Sebuah Tower Ringgo yang terletak di depan kantor telkom dan polsek menes, dan masih banyak peninggalan lainnya.
- Dulu pada tahun 90-an masih ada sebuah meriam didepan kwadanaan Menes yang menghadap ke Alun-alun
Berdasarkan
Staatsblad 1874 No. 73 Ordonansi tanggal 1 Maret 1874, mulai berlaku 1 April
1874 menyebutkan pembagian daerah, diantaranya Kabupaten Pandeglang dibagi 9
Distrik atau Kewedanaan sebagai berikut :
- Kewedanaan Pandeglang;
- Kewedanaan Baros;
- Kewedanaan Ciomas;
- Kewedanaan Kolelet;
- Kewedanaan Cimanuk;
- Kewedanaan Caringin;
- Kewedanaan Panimbang;
- Kewedanaan Cibaliung.
- Kewedanaan Menes;
- Kewedanaan Menes
membawahi beberapa Kecamatan, diantaranya Saketi, Jiput, Picung, Bojong,
Munjul, Pagelaraan
Desa-desa
di Menes
Desa di Kecamatan
Menes terpecah menjadi beberapa desa, ketika pemekaran kecamatan beberapa desa
telah terambil oleh kecamatan lain, seperti kecamatan Pulosari terdiri dari
desa Banjarwangi, desa Koranji, desa Karyasari. Kecamatan Cikedal terdiri dari
desa Tegal, desa Karyautama, Kecamatan Cisata.
Desa Yang ada di
Menes terdiri dari 12 desa
- Desa Menes
- Desa Purwaraja
- Desa Alaswangi
- Desa Tegalwangi
- Desa Kananga
- Desa Cilabanbulan
- Desa Sindangkarya
- Desa Cigandeng
- Desa Sukamanah
- Desa Kadu Payung
- Desa Muruy
- Desa Ramaya
Kesenian
dan Kebudayaan
Seni
dan Kebudayaan turun-temurun
- Pencak Silat
- Kuda Lumping
- Terbang
- Pantun Beton
- Debus
- Rampak Bedug
- Wayang Golek
- Arak-arakan Tahun Baru Hijriah
Permainan
tradisonal
Permainan anak-anak
Menes pada waktu kecil, banyak sekali macam ragamnya, diantaranya adalah:
- Bebeledogan
- Gatrik
- Pepeletokan
- Kukudaan
- Ucing Bacak
- Aaroan (Aro-aroan)
- Gobag
- Maen Yeye
- Beklas (bekel)
- Susumputan
- Adu Bentar
- Babadean Manggu
- Maen Gundu
- Maen Karet
- Lalayangan/Peteng
- Jajangkungan
- Ngaloco
Tidak ada komentar:
Posting Komentar